Kedatangan Edin Dzeko dari Manchester City sempat meningkatkan kepercayaan diri tifosi AS Roma pada awal musim 2015/16 lalu. Ia dianggap akan menjadi kepingan terakhir dari sebuah teka – teki untuk membawa AS Roma mampu bersaing dengan Juventus pada musim tersebut. Namun harapan tersebut gagal menjadi kenyataan; penyerang asal Bosnia tersebut menjadi pembelian yang mengecewakan setelah hanya mencetak 8 gol dari 34 penampilan bersama Giallorosso. Kembalinya Luciano Spalletti membuat Dzeko semakin terpinggirkan; terutama setelah sang manajer lebih senang memainkan Diego Perotti untuk mengisi 1 posisi dari skema 3 penyerang yang ia mainkan. Edin Dzeko juga menjadi bahan gurauan setelah Gazzetta Dello Sport menempatkan dirinya sebagai pemuncak daftar Flop 5 atau 5 pemain yang gagal pada musim lalu.
Kini setelah Liga Serie A Italia bergulir 2 bulan; Edin Dzeko telah berubah menjadi sosok pemain sepakbola yang baru. Sebagai seorang penyerang; ia kini tidak lagi di-bully namun ditakuti. Torehan total 8 gol yang ia peroleh pada musim lalu berhasil disamai hanya dengan bermain sebanyak 9 kali. Dzeko mencetak 6 gol di 5 pertandingan terakhirnya dan tampil dengan penuh percaya diri ketika berdiri di depan gawang lawan. Harapan tifosi AS Roma akan kembalinya performa Dzeko seperti saat ia mencetak 28 gol di musim 2013/14 dan membawa Manchester City menjadi juara Liga Primer Inggris mungkin akan menjadi kenyataan. Musim tersebut merupakan musim terbaik Dzeko sebagai pemain sepakbola profesional karena memenangkan gelar juara Liga Primer Inggris dan sukses membawa Bosnia Herzegovina untuk pertama kalinya lolos ke putaran final Piala Dunia.
Dalam sebuah wawancara; Edin Dzeko mengaku dirinya tidak tahu bagaimana para pemain bertahan di Italia bermain dan kini ia mengaku telah memahami hal tersebut. Sang penyerang bahkan berkelakar bahwa pemain bertahan di Italia akan menendang para penyerang lebih keras dan lebih banyak jika dibandingkan dengan di Inggris meski tempo permainan berjalan lebih lambat. Insting mencetak gol seorang Edin Dzeko sepertinya memang telah kembali seiring pemahamannya tentang gaya bermain sepakbola Italia. Ia menunjukkan insting predatordi depan gawang dan mencetak gol berkelas saat AS Roma mengalahkan Palermo dengan skor 4 – 1. Dzeko juga membuat assist bagi gol Mohamed Salah yang mencetak gol pembuka pada laga tersebut.
(Vincenzo Montella membawa efek positif untuk AC Milan)
Pada saat Juventus kembali lambat memulai musim dan Napoli yang kehilangan Gonzalo Higuain juga kehilangan Arkadiusz Milik karena cedera; AS Roma berpeluang menghentikan dominasi kedua klub tersebut di papan atas klasemen Serie A. Pada saat AS Roma memenangkan scudetto tahun 2001; Gabriel Batistuta mencetak 9 gol di 9 pertandingan pertamanya. Kini Dzeko hampir menyamai catatan tersebut; sehingga tidak salah jika ada harapan besar bagi AS Roma untuk kembali mengulang sukses tahun 2001 yang mungkin juga akan menjadi cara menutup karir terbaik bagi seorang Francesco Totti.